Sukabumi's Trip Report

        Maaf sebelumnya, admin2 yang sok sibuk ini baru sempat bikin trip report survey lokasi panti asuhan di sukabumi minggu yang lalu. Sebenarnya ide udah bermunculan, tapi apa daya tangan dan mata berkehendak lain :). Mungkin sebelumnya ada yang bertanya, kenapa harus Sukabumi? Sebelumnya kami memutuskan untuk bergerak di sekitar wilayah kami yaitu Bogor. Namun keterbatasan pengetahuan tentang lokasi dan kondisi panti di sekitar Bogor membuat waktu banyak terbuang untuk survey. Beberapa lokasi yang pernah kami datangi di wilayah Bogor pun Alhamdulillah kondisinya sudah sangat layak, karena mendapat perhatian yang cukup dari Dinas Sosial Kota Bogor. Berhubung admin-admin x10cHumanity berasal dari Sabang sampai Merauke (baiklah, ini memang agak lebay), jadi mengumpulkannya pun agak sulit. Akhirnya kami mendapat data dari Dinas Sosial kota Sukabumi, dan ternyata memang banyak sekali yang perlu dibantu di sana. Lokasinya pun tidak terlalu jauh dari Bogor, dan sedihnya masih belum banyak tersentuh bantuan. Baiklah, mungkin itu awal ceritanya kenapa kami bisa memutuskan Sukabumi sebagai targetnya. Sekarang biar pun agak terlambat, Saya akan mencoba menceritakannya kembali perjalanan kami. Mohon disimak yaaah..

 

Hari sabtu sore tanggal 30 oktober 2010, kami bertolak dari Bogor menuju Sukabumi. Kali ini, kami mencoba melalui jalur lain selain menumpang mobil setan (Colt jurusan Bogor-Sukabumi sering disebut begitu-Red), yaitu kereta jurusan bogor-sukabumi. Kami berangkat tepat jam 17.00 dari stasiun Bogor (Alhamdulillah beneran tepat) dan ‘mendarat’ di stasiun sukabumi sekitar jam 19.00. Perjalanan lumayan cepat, melintasi 12 stasiun antara bogor-sukabumi dan bebas macet. Setelah berkeliling sebentar di kota sukabumi pada malam hari, kami pun menginap di rumah salah seorang admin yang asli sukabumi :)

Paginya kami bersiap mengunjungi beberapa panti asuhan yang ada dalam daftar kami. Daftar ini kami dapat dari Dinas sosial kota sukabumi, jadi datanya Insya Allah akurat. Tujuan pertama adalah panti asuhan sosial anak (PASA) dan pesantren Al-Imam di wilayah desa Cikembar kabupaten Sukabumi. Perjalanan dari kota memakan waktu satu jam lebih menuju ke arah pelabuhan ratu. Panti dan pesantren ini terletak diantara pemukiman penduduk, agak jauh dari jalan besar namun cukup untuk dilewati mobil. Kesan pertama yang kami tangkap adalah bangunan yang sudah lama tidak terurus, bukan karena tidak mau tapi karena minimnya fasilitas. Okay mungkin terlalu dini untuk mengambil kesimpulan, tapi untuk setiap hal apapun itu, kesan pertama pasti ada dan itulah kesan pertama kami, mmm mungkin saya lebih tepatnya. Kami bertemu langsung dengan pimpinan panti, yaitu Bapak Bukhori Muslim. Beliau mempersilahkan kami masuk ke ruang tamunya yang sederhana, dan Subhanallah banyak sekali buku-bukunya.

          PASA Al Imam didirikan pada tahun 1994 oleh Bapak Bukhori Muslim, namun mulai aktif pada tahun 1999. Pada awalnya tempat ini digunakan untuk menampung anak-anak korban Tsunami di Maumere yang yatim piatu dan ingin bersekolah. Panti asuhan dan pesantren ini berkapasitas 250 orang, dengan seluruh santri menginap. Kebanyakan santri berasal dari wilayah Indonesia timur, mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu dan ingin sekolah. Namun, bantuan dana untuk panti terputus setelah kejadian pengeboman gedung World Trade Centre (WTC) di New York. Menurut Pak Bukhori, salah satu donatur tetap untuk panti berasal dari Arab saudi, dan setelah kejadian tersebut semua dana bantuan dari Arab Saudi untuk pesantren di kawasan Indonesia mulai dibatasi oleh Amerika. Hal ini pun berimbas pada keadaan keuangan panti. Lama kelamaan jumlah santri berkurang karena keterbatasan dana, dan sampai saat ini hanya terdapat 33 orang santri yang terbagi dalam 4 kelas. PASA Al Imam memiliki 6 orang staf pengajar pendidikan umum dari luar, sedangkan pelajaran agama diajarkan oleh pak Bukhori dan putranya.

Gambar 1. Ruang kelas Pesantren Al Imam

Gambar 2. Aula Pesantren Al Imam

            Pak Bukhori memiliki beberapa rencana untuk memajukan pesantren, diantaranya adalah dengan budidaya jamur tiram. Sebenarnya usaha ini pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu, dan belum dilanjutkan kembali. Lagi-lagi karena masalah dana, hasil dari panen jamur hanya cukup untuk dikonsumsi sehari-hari. Karena itulah, kami memiliki rencana untuk membantu usaha budidaya jamur tiram. Boleh looh kalau diantara teman-teman atau kenal orang yang paham tentang budidaya jamur tiram dan mau membantu.

            Kemudian kami diajak berkeliling pesantren oleh putri Pak Bukhori. Masya Allah, kalau mau dilihat sebagai panti asuhan maupun pesantren sebenernya sudah kurang layak. Kondisi asrama bagi para santri sangat ‘sederhana’, tidak ada kasur untuk tidur. Yang ada hanya dipan beralas tikar. Ruang kelas, dan aula juga kurang memadai. Rasanya seperti melihat versi nyata dari kelasnya Ikal dan kawan-kawan di Laskar Pelangi. 

Gambar 4. Asrama Santri Putera

Gambar 5. Asrama Santri Puteri

Tapi menurut kami, yang paling menyedihkan adalah kondisi tempat cuci pakaian para santri, mengandalkan air dari mata air dan akan menjadi sangat keruh saat hujan turun. Tempat ini ibarat sisa-sisa bangunan yang sudah tidak dipakai lagi, tanpa penerangan di malam hari. Bekas tempat budidaya jamur pun terlihat seperti gudang yang tak terpakai. 

Gambar 6. Tempat cuci santri puteri

Gambar 8. Tempat cuci santri putera

Gambar 9. Bekas Tempat Budidaya Jamur Tiram

Tempat ini memang sangat layak dibantu. Karena itulah akhirnya kami memutuskan survey hari itu cukup sudah. PASA dan Pesantren Al-Imam menjadi satu-satunya tempat tujuan kami hari itu. Banyak sekali yang perlu kita bantu disini.

Gambar 10. Masjid Pesantren Al Imam

            Sungguh luar biasa melihat Pak Bukhori berjuang demi semua santri di pesantren ini. Mereka sekeluarga telah berkorban demi memajukan kehidupan dan pendidikan anak-anak Indonesia. Jangan menyerah, kata Bapak menyerah itu ibaratnya seperti seorang tentara yang tertembak di punggung saat perang. Kenapa bisa di punggung? Karena berarti sang prajurit tengah melarikan diri dari peperangan, dan Bapak tidak mau pesantrennya berakhir seperti itu. Begitu pun kami, Insya Allah kami akan terus berjuang dan tidak akan berhenti di tengah jalan. Perjuangan ini baru dimulai teman. (Riezz)

PS : Untuk Foto selengkapkanya dapat dilihat di www.facebook.com/Ekstensi's Humanity